Akar Wangi
Spesies : Vetiveria zizanioides Stapf.
Nama Inggris : Vetiver (grass), khus, khus-khus
Nama Indonesia : Akar wangi
Nama Lokal : Larasetu (Jawa), usar (Sunda)
Deskripsi :
Rumput menahun yang membentuk rumpun yang besar, padat dengan arah tumbuh tegak lurus, kompak, beraroma, bercabang-cabang, memiliki rimpang dan sistem akar serabut yang dalam. Rumpun tumbuh hingga mencapai tinggi 1—1.5(—3) m, berdiameter 2—8 mm. Daun berbentuk garis, pipih, kaku, permukaan bawah daun licin. Perbungaan malai (tandan majemuk) terminal, tiap tandan memiliki panjang mencapai 10 cm; ruas yang terbentuk antara tandan dengan tangkai bunga berbentuk benang, namun di bagian apeksnya tampak menebal.
Distribusi/Penyebaran :
Vetiveria zizanioides tumbuh secara alami di tempat-tempat berpayau di utara India, Bangladesh, Burma (Myanmar) dan kemungkinan telah dapat tumbuh secara alami di banyak tempat di kawasan Asia Tenggara. Vetiver telah dibudidayakan di India selama berabad-abad dan saat ini telah tumbuh di seluruh daerah tropis dan banyak tempat di daerah subtropis. Tumbuhan ini ditanam untuk diambil minyaknya pada beberapa tempat di dunia seperti Haiti, Jawa Timur, India, Réunion, Cina dan Brazil. Informasi penggunaan vetiver untuk mengendalikan erosi tersebar pertamakali dari India lalu ke Caribbean dan Fiji kemudian ke banyak daerah-daerah tropik lain, termasuk semua negara di Asia Tenggara. Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sentra produksi minyak akar wangi terutama di Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Kabupaten Wonosobo, Jawa
Habitat :
Vetiveria zizanioides dapat tumbuh baik pada kondisi lingkungan sangat basah atau sangat kering, dengan curah hujan tahunan berkisar pada (300—)1000—2000 (—3000) mm. Rata-rata suhu maksimum yang mendukung pertumbuhannya adalah pada rentang 25°—35°C; namun suhu absolut maksimumnya dapat mecapai 45°C. Vetiveria zizanioides tetap dapat tumbuh pada kondisi tanah tandus dan pada tipe tanah yang beragam. Vetiveria zizanioides dewasa dapat tumbuh pada tanah yang mengandung garam. Meskipun telah mengalami kebakaran, terinjak-injak, ataupun habis karena dimakan hewan, jenis rumput ini masih dapat tetap tumbuh.
Perbanyakan :
Vetiveria zizanioides diperbanyak secara vegetatif dengan memecah rumpun yang terdiri dari satu atau beberapa tunas berukuran 15—20 cm dan meliputi beberapa bagian akar. Regenerasi tumbuhan dengan cara kultur jaringan (in vitro) yang telah berhasil dilakukan di Mauritius mendukung produksi jenis ini untuk tujuan komersial.
Manfaat tumbuhan :
Rumpun dan akar rumput Vetiver mengandung minyak esesial yang dapat dijadikan parfum, sabun dan penghilang bau tidak sedap. Minyak Vetiver dan akarnya dapat berkhasiat sebagai penangkal serangga. Di sebelah selatan India, secara tradisional, rumput Vetiver ditanam di sepanjang jalur tertentu sebagai batas permanen antar lahan. Sedangkan di Jawa, rumput Vetiver ditanam pada tempat-tempat miring. Kemampuan rumput Vetiver untuk digunakan sebagai pengontrol erosi telah meluas di seluruh penjuru daerah tropis, sejak tahun 1980-an. Di Jawa Tengah, penanaman kombinasi rumput Vetiver, rumput Gajah, pohon Sengon dan Kara benguk dapat mengendalikan erosi, stabilitas lereng dan memacu perkembangan sifat fisik tanah bekas letusan gunung berapi di Gunung Merapi. Daun akar wangi dapat di pakai sebagai pengusir serangga. Namun akar merupakan bagian utama sebagai penghasil minyak vetiveria oil. Selain itu, digunakan juga sebagai bahan dalam industri kosmetika, parfum dan sabun mandi.
Sinonim :
Phalaris zizanioides L., Andropogon muricatus Retzius, Andropogon zizanioides (L.) Urban .
Sumber Prosea :
19: Essential-oil plants p.167-172 (author(s): Guzman, CC de; Oyen, LPA)
Kategori : Biopestisida
Sumber: http://www.kehati.or.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar