Rabu, 18 November 2015

SEMAR dan DEWI KANESTREN

Dewi Kanestren

“Apakah lelaki harus gagah dan sempurna sehingga ia mampu dicintai perempuan? Aku suka kamu, Kakang Semar. Bentukmu lucu, gembrot, dan jauh dari ukuran wajar tentang ketampanan. Dalam pengalaman hayatku sebagai perempuan, aku seringkali bertemu lelaki yang buruk rupa namun ia terus berusaha menunjukkan kekuasaannya di depanku. Menunjukkan bahwa ia paling gagah dibanding laki-laki lain. Akhirnya aku enek. Kamu lain, Kakang Semar. Aku justru mencintaimu ketika kamu lari terbirit-birit ketakutan waktu kukejar tanpa berusaha menunjukkan kesaktianmu, walaupun naluriku mengatakan kamu jauh lebih sakti dari Bambang Manumayasa”, kata Dewi Kanestren pada suaminya.

“Kalau menuruti panca indera, sudah barang tentu aku akan memilih Dewi Kaniraras yang sewaktu jadi macan sangat indah kulitnya, indah sorot matanya, dan harum aromanya. Waktu itu aku belum punya pengalaman yang panjang sebagai laki-laki. Maklum, kau tahu sendiri aku baru saja turun ke bumi. Tapi naluriku waktu itu kuat mengatakan kamulah jodohku”, Semar menimpali.

Kita beruntung, orang lain jatuh cinta karena tahu kelebihan masing-masing. Kita jatuh cinta justru karena tahu kekurangan masing-masing.

Semar

*Mengutip dari Semar in Love dalam buku Dalang Galau Ngetweet karya Sudjiwotedjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar